Friday, September 28, 2012

Mencari: Aku Ingin Berjumpa



AKU MERASA MELIHAT orang yang kukenal sedang mencari aku yang hilang. Mereka mencariku di buku yang penuh gambar wajah, di negeri tempat burung berkicau, bahkan ke tumpukan surat. Jelas kalian tak menemukanku, kalian kurang gigih, karena kalian hanya mencariku di dunia tak nyata.


Aku di sini, kawan. Di sebuah perkampungan di Ambon. Aku masih ada dan nyata. Hanya saja, antara sadar dan tenang, enggan mengatakan kepada kalian bahwa aku ada di sini.

Mudah sebetulnya untuk bertemu dengan kalian. Tapi aku masih lelap tertidur dalam sepi, sendiri, dan gelap. Sepertinya sadar mulai menjauhiku. Dan tenang berlebihan menghampiriku.

Seleraku pada rock and roll mulai luntur. Aku tak suka lagi Peterpan.

Tenang... aku merasa tak diganggu hiruk-pikuk kegaduhan dunia yang dahulu selalu membuatku pusing dan sedih. Yang dahulu selalu membuatku marah meledak-ledak, sampai membanting pintu dan memukul tembok yang kokoh.

Aku tahu kalian mencariku, dan kalian sudah mengetahui keberadaanku. Apa yang ingin kalian lakukan? Mengajakku pergi ke masa lalu dengan mesin waktu? Atau sekedar melihat ketenanganku saat ini?

Aku berharap kalian bantu mencari satu per satu sadarku yang pecah. Aku tak bisa memberi tahu ada di mana pecahan itu. Itu tugas kalian sebagai sekelompok orang yang mengaku mengenalku, bahkan menyebutku sebagai sahabat.

Aku berharap bisa terbangun dari ketenangan berlebih ini. Dan... segera tersadar.

Sampai bertemu, sahabat. Aku menanti.

Friday, September 7, 2012

Ada Buaya di Kanal Banjir Timur?



PINGGIR JALAN KANAL Banjir Timur (KBT) telah menjadi rute sehari-hariku jika pergi dan pulang ngantor. Kalau ada sesuatu yang tak beres dengan KBT, aku selalu menyempatkan diri melongok. Karena KBT merupakan kawasan penting untuk mengantisipasi banjir di daerah rumahku.

Pernah sekali waktu ada busa-busa melimpah ga jelas di KBT. Penasaran, aku melambatkan laju motor sepanjang jalan KBT untuk mencari tahu dari mana busa-busa itu berasal. "Siapa nih yang buang limbah di sini?" pikirku.

Ternyata, busa itu berasal dari pintu air KBT di daerah Malaka, Jalan Jenderal Polisi Soekanto, Jakarta Timur. Pintu air itu sedang memproses sesuatu, aku juga ga tau pasti para penjaga pintu air itu lagi ngapain. Yang jelas, air yang tertampung di sana terkocok-kocok hingga menghasilkan busa.

Beberap hari setelah hari Raya Idul Fitri, tepatnya 28 Agustus 2012, jalan di sekitar pintu air KBT agak tersendat. Padahal itu siang hari, sekitar jam 12an, dan Jakarta juga masih sepi karena pemudik belum pada balik.

Sejauh mata memandang kulihat banyak motor yang diparkir di sekitar pintu air. Ada kerumunan warga dan pengendara motor yang berdiri di pinggir KBT. Akupun melipir dan memarkir motor.

"Ada apa, Pak?" tanyaku pada seorang bapak berkumis tebal.

"Ada buaya."

"Waduhhhhhh," aku kaget.


Ini momen seru. Aku keluarkan kedua ponselku. Satu untuk mengetik berita, dan satu lagi untuk memotret. Sembari menunggu penampakkan si buaya, aku iseng memotret suasana rasa ingin tahu orang-orang di sana.

Ada anak SD, ada remaja yang penuh rasa ingin tahu sampai menimpuki air dengan batu, berkali-kali. Ada pula bapak-bapak berpeci yang sok serius nyari-nyari di mana itu buaya. Dia menunjuk sebuah gundukan di air, sambil berkata, "Itu tuh buayanya."

Ada saja orang yang mengiyakan ucapan si bapak berpeci. Orang-orang kemudian menimpuki gundukan itu. Dan nihil, si gundukan itu tak bereaksi karena sepengelihatanku, itu hanyalah tumpukan sampah yang nyangkut. Cape dehhhh...

Cukup lama aku menunggu tanda-tanda si buaya, mungkin sekitar seperempat jam. Sampai akhirnya capek sendiri, aku menghampiri warung yang terletak persis di samping bangunan pintu air, untuk beli minum.

Aku bertanya pada si pemilik warung tentang gosip buaya di KBT.

"Saya sendiri ga tau mas itu gosip dateng dari mana. Saya yang jaga pintu air sini, saya ga pernah liat ada buaya."

"Terus cerita itu datang dari mana," tanyaku.

"Ga tau, namanya gosip cepet aja nyebar. Terus orang-orang percaya dah, sampai bikin macet jalan."

Hahahaha... Setelah menghabiskan minum, aku langsung melanjutkan perjalanan pergi ke kantor.

Keesokan harinya, aku kembali melewati pintu air KBT. Ternyata, masih ada kerumunan orang yang penasaran mau melihat buaya itu.

Di tepi KBT ada dua orang berseragam Pemerintah Daerah yang turun ke tepi aliran air KBT. Mereka ditemani oleh beberapa orang yang memotong rerumputan.

Ada dua kemungkinan tujuan mereka berdiri di tepian KBT. Mencari tahu kebenaran cerita buaya dengan perasaan was-was dan jantung dag-dig-dug. Atau hendak membuktikan kepada warga bahwa tidak ada buaya di pintu air KBT. Selama mereka berdiri di tepian, tak terjadi apa-apa dengan mereka. Kondisi aman terkendali.