Saturday, September 25, 2010

Gayung Dipakai Minum, Gelas Dipakai Mandi

“Gayung dipakai minum. Gelas dipakai mandi.” Kalimat itu diucapkan Nur Rachmiati, atau yang akrab disapa Umi, pengurus Panti Asuhan Nurul Jannah.

“Simpel, tapi penuh makna.” Begitulah komentar salah satu teman menanggapi kalimat tersebut. Saya pun berpendapat demikian.

Relevansi antara gayung dan mandi, tidak dapat dipisahkan. Begitu juga dengan gelas dan minum. Memang sama-sama untuk menampung air. Tapi jika fungsi utamanya diubah, itu jelas suatu kesalahan. Karena keduanya memiliki nilai yang berbeda.

Mungkin ada yang berpendapat, itu hanyalah kesalahan kecil. Tak perlu dibesar-besarkan. Tapi jika dilakukan berulang-ulang, ini bisa menjadi kebiasaan buruk.

Esensinya, akal manusia dapat mengetahui dan memilah mana yang benar dan mana yang salah. Tapi, sering kali kita menganggap yang salah itu dapat dibenarkan. Bahkan bisa berbanding terbalik, yang benar jadi salah, yang salah jadi benar.

Mungkin, hal ini menjadi salah satu penyebab korupsi di Indonesia telah membudaya. Cakupan moralnya berubah menjadi sesuatu yang dapat dibenarkan. Apalagi, dilakukan secara massal dan terus menerus. Hingga akhirnya, korupsi dianggap sebagai sesuatu yang lumrah. Dimaklumi. Aristoteles menyebutnya; Mob Rule. Apa yang dilakukan banyak orang, itulah yang menjadi standar sekaligus aturan.

Belajar dari “Gayung dan Gelas,” seyogyanya kita dapat mengevaluasi diri atas kebiasaan-kebiasaan buruk yang selama ini sering kita benarkan. Semoga sebuah gayung tetap menjaga nilai dan fungsinya sebagai alat bantu yang digunakan untuk mandi. Dan sebuah gelas tetap digunakan untuk minum.

No comments:

Post a Comment