Saturday, December 4, 2010

Barang-Jasa di Pusat Sparepart Mobil Sawah Besar

Pembeli adalah Raja. Inilah salah satu satu prinsip dagang. Kepuasan dan kenyamanan pembeli di utamakan, bahkan jadi nilai mati. Kini, prinsip itu terabaikan.

Pada Jumat dan Sabtu (2 & 3 Desember 2010) lalu saya berkunjung ke Wisma Sawah Besar, Jakarta Pusat, untuk membeli beberapa sparepart dan asesoris mobil. Membeli dan memasang alarm mobil, jadi agenda utama.

Di Sawah Besar, konon katanya adalah pusat penjualan sparepart mobil, dengan harga miring. Niat mencari harga murah, malah akhirnya saya mengeluarkan duit ekstra. Ditambah lagi, ada rasa kurang nyaman dan aman saat berada di sana. Karena itulah, saya simpulkan saya tidak puas belanja di Sawah Besar.

Saya akan mengulas faktor kenyaman, keamanan, dan terakhir, kepuasan.

Faktor Kenyamanan
Hari Jumat, saya tiba di Sawah Besar jam 1 siang. Setelah parkir mobil di pinggir jalan, 2 sampai 3 orang menghampiri. Mereka bertanya:
“Cari apa bos?”
“Mau beli sparepart? Biar saya bantuin!”
“Bos, lampu depannya sudah buram tuh, sini saya bersihin.”
“Ayo saya antar ke toko yang murah.”

Semua pertanyaan itu, saya jawab dengan kata, “Tidak.”

Ini kali pertama saya ke Sawah Besar. Ternyata di sana banyak calo. Masuk ke pertokoan, juga demikian. Ada saja calo yang bertanya, “Cari apa bos? Bisa dibantu?” Ada yang memberi rekomendasi toko murah. Bahkan, ada calo yang ikut memberi harga saat saya tawar menawar dengan pedagang. Saya jadi bingung, ini yang punya toko sebenarnya siapa sih?

Satu lagi hal penting yang perlu diketahui, Sawah Besar punya aturan main sendiri dalam memperlakukan barang dan jasa. Barang seperti sparepart atau asesoris, jadi urusan pedagang yang punya toko. Jasa seperti pasang sparepart atau asesoris, jadi jatah mekanik. Tak ada ikatan kerja formal antara pedagang dan mekanik. Jadi, setelah tawar menawar barang dengan pedagang, kita juga harus tawar menawar jasa dengan mekanik – jika barang yang dibeli ingin dipasang di tempat.

Kesepakatan itu sudah berlangsung lama. Tak heran, selain calo, di Sawah Besar juga banyak mekanik nakal. Selain menaruh harga tinggi, para mekanik juga mencari uang ekstra dari sparepart-sparepart kecil.

Contohnya, ketika saya pasang alarm, si mekanik bilang, “Ini harus dipasang soket dan relay lagi untuk nyambungin alarm ke mesin.” Karena ini salah satu permintaan saya, maka saya restui. Masuklah dia ke toko, dan kembali membawa soket dan relay seharga 150 ribu. Saya terkejut dengan harga itu. Terlebih, merk relay yang dibawa itu banyak produk imitasinya.

Selidik punya selidik, harga soket dan relay yang dibawa si mekanik itu, masing-masing cuma 10 ribu dan 50 ribu. Wah, saya ‘diketok’ 90 ribu. Hahaha…

Pusat onderdil Sawah Besar memang tak disertai pendingin ruangan, terbilang kumuh, sehingga membuat udara dalam pertokoan pengap. Bangunannya usang tak terawat. Pokoknya, jauh dari kesan mewah. Bagi saya, semua itu tak masalah. Justru inilah yang membuat harga sparepart di Sawah Besar murah. Pedagang tak harus bayar mahal untuk sewa toko dan perawatan bangunan.

Yang jadi masalah bagi saya, adalah keberadaan calo dan mekanik itu. Mereka terlalu ekstrim dan bebas. Andai saja pedagang mau kerjasama dengan mekanik, mungkin para mekanik tak akan senakal itu. Karena mereka punya jatah bayaran yang jelas atas jasa yang dikerjakan. Jika sistem aturan ini dimainkan, Sawah Besar akan lebih teratur dan nyaman.

Faktor Keamanan
Gerak-gerik mencurigakan para calo menimbulkan rasa tak aman. Mata ini selalu memperhatikan tingkah mereka. Ada yang mengitari mobil, memperhatikan kekurangan mobil, lalu menawari pasang ini-itu. Hal-hal yang tak prinsipil terus ditanyai.

Saat sedang pasang alarm, seorang calo memperhatikan barang-barang di dalam mobil saya. Saat itu saya membawa barang berharga dan uang tunai. Tingkah aneh ini membuat saya makin waspada dengan barang bawaan. Jika ada seorang calo yang menawari ini-itu, langsung saya jawab: “Tidak.”

Di saat bersamaan, datanglah mobil Toyota Avanza dan Honda Civic Genio. Keduanya parkir mengapit mobil saya.

Si empunya Avanza dikerubuti 3 calo. Kesalahan ia lakukan, ia bilang ke para calo bahwa dirinya butuh spion Avanza digital sebelah kiri. Mereka berkata, “Tunggu di sini aja bos, biar kita cariin.” Satu orang calo masuk ke pertokoan, dan dua tinggal di tempat mengajak ngobrol si pemilik Avanza.

Calo yang mengambil spion tak lama datang. Saya tak tahu pasti ia kasih harga berapa. Yang jelas, spion digital harganya 1 juta ke atas. Belum lagi persenan “tinggi” dan ongkos pasang ketiga calo tersebut.

Saya dengar pemilik Avanza keberatan dengan harga yang mereka berikan. Tapi ketiga calo itu terus memaksa. Pemilik Avanza kalah argumen. Ia tidak tegas. Ia pun akhirnya menyetujui harga dan menyuruh para calo memasang spion. Seorang calo memasang spion, dibantu dua calo lainnya. Satu calo hanya memegangi spion. Dan satunya lagi bertugas memberikan obeng, tang, dan baut. Kedua calo itu hanya meramaikan, kontribusinya tak signifikan.

Setelah spion dipasang. Kedua calo yang hanya meramaikan tadi, meminta ongkos jasa. Saya dengar mereka minta 100 ribu. Tapi si pemilik Avanza keberatan. Ia pikir, kesepakatan total harga di awal sudah termasuk ongkos jasa ketiga calo itu. Ternyata, ongkos jasa itu hanya untuk satu calo yang benar-benar memasang spion. Adu mulut terjadi. Lalu datanglah beberapa rekan calo lainnya. Mereka menekan si pemilik Avanza untuk memberi “hak” kedua calo yang kontribusinya tak signifikan, tapi minta ongkos tinggi.

Karena dikeroyok banyak mulut, si pemilik Avanza luluh. Jika ia tak memberi uang, mungkin keamanan diri dan mobilnya bisa terancam. Akhirnya, ia hanya memberi 50 ribu. Kedua calo itu tidak puas, mereka bisik-bisik sinis.

Beda lagi cerita si pemilik Honda Civic Genio. Ia memang menolak jasa para calo, dan langsung masuk ke pertokoan. Ia membeli kampas kopling dan memakai jasa mekanik untuk memasang. Di tengah mekanik sedang memasang, para calo pun beraksi. Mereka tawari agar si pemilik Genio membersihkan lampu depan yang menurut mereka sudah kotor. Calo memaksa. Dan lagi-lagi si pemilik Genio tidak tegas.

Kedua lampu depan dibawa para calo ke pertokoan. Calo tersebut minta ongkos 150 ribu. Tak hanya itu, ada calo yang masuk ke dalam mobil. Entah apa yang dilakukan. Tapi bagi saya, ini pertanda krisis keamanan di daerah Sawah Besar.

Sekitar 30 menit, calo tersebut datang dan memasang lampu. Lagi-lagi kelompok calo itu menjalankan strategi, sama seperti yang mereka lakukan pada pemilik Avanza. Dua calo datang membantu pasang lampu. Ada yang memegangi lampu, dan ada yang bertugas menyalakan-mematikan lampu dari bangku sopir.

Saya ajak ngobrol si pemilik Genio, dan menceritakan apa yang terjadi oleh si pemilik Avanza. Si pemilik Genio memang terlihat seperti orang berada, ia tak ada masalah dengan uang. Tapi ia berkata, risih dengan tingkah para calo yang semena-mena.

Endingnya, kedua calo yang jadi tim “hore” itu minta jatah ongkos, karena mereka merasa telah membantu mempercepat proses pemasangan lampu.

Tak lama sesudah itu, alarm yang dipasang di mobil saya selesai. Saya bergegas pulang. Saat melaju mobil dengan kecepatan tinggi, dari belakang terdengar suara ganjil. “Ngak-ngik Ngak-ngik.” Suara apa itu? Saya menepi dan turun untuk mengecek asal suara tersebut. Dan ternyata, suara itu berasal dari pintu belakang yang tak tertutup rapat. Padahal, saya merasa tak membuka pintu belakang. Lalu siapa yang membukanya?

Faktor Kepuasan
Sesampainya di rumah, saya mencoba fungsi dan kerja alarm yang baru saja dipasang. Dan ternyata, alarm tak bekerja dengan baik. Ketika alarm berada di posisi on, lalu central lock dibuka dengan kunci, dan pintu dibuka, sirinenya tidak mengeluarkan suara.

Ah sial, kerja mekanik Sawah Besar tidak sempurna. Buat apa pasang alarm jika pintu dibuka dengan kunci, tak keluar bunyi sirinenya. Ini memang kesalahan saya, tidak mengecek fungsi dan kerja alarm.

Keesokan harinya, Sabtu, saya kembali ke Sawah Besar. Tujuannya utama adalah mencari Atmo, mekanik yang kemarin menangani mobil saya. Saya mau minta dia membenahi pekerjaannya. Mungkin dengan ini, saya tak harus mengeluarkan uang lagi. Tapi, setelah saya kelilingi Wisma Sawah Besar, Atmo tidak ada. Saya minta nomor handphone Atmo kepada temannya. Saya hubungi nomor telepon tersebut, tapi Atmo tak menjawab.

Yasudahlah, terpaksa saya gunakan jasa mekanik lain untuk membenahi fungsi dan kerja alarm tersebut. Lagi-lagi saya disuruh ganti soket. Menurut Ujang, mekanik pengganti Atmo, soket yang saya gunakan salah. Saya turuti kemauannya untuk ganti soket. Saya jengah dengan tingkah mekanik. Lagi-lagi saya ‘diketok’, soket yang dibawanya seharga 50 ribu.

Saya cuma berkata, “Udah, pasanglah. Gua ga mau lama-lama di sini.” Setelah alarm dibenahi, saya tes satu persatu fitur alarm, berulang-ulang. Memastikan semua bekerja sebagaimana mestinya.

Serangkaian peristiwa itu, mulai dari ketidaknyamanan dan ketidakamanan di Sawah Besar, membuat saya tidak puas. Terlebih dengan tingkah para calo dan mekanik.

Saya pikir ini adalah dampak perekonomian Indonesia yang anjlok sejak 1998. Para calo tak bisa sepenuhnya disalahkan. Pemerintah punya tanggung jawab membenahi ini semua. Ini masalah perut. Mereka cari uang untuk makan. Dan memakai jalan pintas untuk menghalalkan segala cara. Prinsip dagang: pembeli adalah Raja, tak lagi dipegang teguh. Yang penting untung, untung, untung, dan uang.

Bicara sisi negatif, tak layak jika tak membicarakan sisi positif pusat penjualan sparepart Wisma Sawah Besar. Memang harga sparepart di sana murah-murah. Jika ingin dapat harga murah, jangan membeli di lantai bawah. Pergilah ke lantai dua atau tiga, mereka menjual sparepart atau asesoris dengan harga pas.

Saya dapat alarm merk M1+ seharga Rp 490.000,- di lantai dua. Harga ini murah. Saya sudah cek di beberapa milis dan online shop, rata-rata menjual di atas 500 ribu.

Jadi, jika ada yang ingin membeli sparepart dengan harga miring, datanglah ke Sawah Besar. Tapi jangan pasang sparepart atau asesoris itu di sana. Karena, selain ongkos jasanya mahal, saya masih meragukan keahlian dan keterampilan mereka. Dan yang terpenting, telitilah sebelum membeli. Jangan sampai dapat barang imitasi.

5 comments:

  1. Sama mas.. saya juga mengalamai hal yang sama.. saya hanya pasang kaca spion dan menolak lainnya dan asemnya mereka mengerjai mobil saya.. rem cakram saya diberi magnet yang kecil.. tapi efeknya aneh sekali.. saya sampai bingung kok ada suara aneh dari roda saya...

    ReplyDelete
  2. thanks gan infonya...

    ReplyDelete
  3. bisa ga' kerjasama dgn saya; bagaimana cara marketing online untuk disawah besar? khusus y main spare part..?
    saya ojeker di stasiun Sawah Besar dr jam 08.00 - 12.00
    Hp:08811402168

    ReplyDelete
  4. 3 IN 1 Alarm Mobil NO DOUBT Smart alarm System, GSM dan GPS, star/stop mesin pakai Remot kontrol dan Mobile Phone, GPS Tracking, Anti Hijacking (anti maling/anti pembajakan), Push Button star/stop mesin mobil, Auto alarming jika terjadi sesuatu terhadap mobil, Tombol SOS. Dll www.alarmmobil.net dan www.rematiptop.co.id

    ReplyDelete
  5. Terima kasih info pengalamannya. sangat bermanfaat, kebetulan besok saya mau cari sock absober.

    ReplyDelete