Saturday, October 16, 2010

Press: The Fourth Estate

Pers sering disebut sebagai kekuatan keempat (the fourth estate) dalam struktur kenegaraan, setelah legislatif, eksekutif dan yudikatif.

Apa yang membuat pers menjadi institusi yang ditakutkan? Informasi! Informasi yang terakumulasi dapat membentuk opini publik (public opinion). Opini publik diperkenalkan oleh seorang wartawan dan ahli politik Amerika Serikat, Walter Lippmann dalam buku Public Opinion (1922). Buku ini menjadi penggagas kajian media di AS.

Opini publik dapat ditentukan melalui pendapat mayoritas yang efektif mempengaruhi pendapat minoritas. Sekali opini publik terbentuk, akan sangat sulit dihancurkan. Pers menyatakan opininya secara aktif. Bahkan, dalam berita sekalipun, ada pesan tersirat dan opini wartawan. Walaupun tidak terang-benderang.

Para tokoh besar dunia pun mengakui kekuatan pers. Berikut pernyataannya:

Thomas Jefferson (1743-1826). Presiden Amerika Serikat ketiga, masa jabatan 1801-1809. Ia salah seorang founding father AS dan pencetus Deklarasi Kemerdekaan (1776).

"Saya memilih memiliki pers tanpa negara, daripada negara tanpa pers."

Napoleon Bonaparte (1769-1821). Kaisar, Diplomat dan Panglima perang Perancis.

“Senjata api dan pena adalah kekuatan-kekuatan yang paling dahsyat di dunia. Tetapi, kekuatan pena akan bertahan lebih lama dibandingkan dengan senjata api. Saya lebih takut pada sebuah pena daripada seratus meriam.”

Winston Churchill (1874-1965). Perdana Menteri Britania Raya pada Perang Dunia II.

"Pena lebih tajam daripada pedang."

Benjamin Franklin (1706-1790). Seorang pemimpin Revolusi AS dan salah satu penandatangan Deklarasi Kemerdakaan AS. Ia juga seorang wartawan, penulis, penerbit, ilmuwan, diplomat, dan penemu.

“Bila saja Anda memberi 26 serdadu, maka saya akan menaklukkan dunia.”
Franklin menegaskan 26 serdadu itu ialah: “Huruf A sampai Z.”


Thomas Jefferson memandang fungsi media sebagai alat kontrol sosial. Ia menginginkan setiap daerah/negara bagian di AS memiliki media lokal untuk mengakomodir peristiwa-peristiwa lokal.

Dalam ranah politik, kekuatan strategis yang dimiliki media massa, sering digunakan untuk membentuk, meningkatkan, bahkan menghancurkan citra tokoh atau kelompok politik (agent of political). Itulah sebabnya para politikus sering menggunakan media untuk melanggengkan kekuasaan.

Kutipan Napoleon Bonaparte dan Winston Churchill, menggambarkan pena sebagai manifesto pers. Tak heran ada istilah; “buruh pena” untuk para wartawan. Media seolah bisa menjadi meriam pembantai dan pedang tajam.

Pernyataan Benjamin Franklin, memaknai kekuatan huruf alfabet sebagai bagian yang tak dapat dipisahkan dari kekuasaan. Dengan bahasa (kata, frasa dan kalimat) Franklin yakin dapat menaklukan dunia.

Dalam paradigma konstruksionis dan kritis, wartawan dipandang sebagai aktor relitas. Ia turut mendefinisikan dan memaknai peristiwa.

No comments:

Post a Comment